Friday, September 19, 2014

Keraguan

Kutatap dari kejauhan wajah murung anak lelaki belasan tahun yang sedang duduk di bangku kayu yang tak lagi baru. Dalam hati kubertanya-"Apakah yang dia pikirkan? atau adakah seseorang yang menyakiti perasaannya?" Beberapa menit kemudian, kuhampiri anak lelaki tersebut karena aku ingin mengetahui penyebab kemurungannya.

"Ada apa, Nak?"

Anak lelaki tersebut menatapku dengan tatapan sendu dan kemudian menggeleng lemah. Rupanya dia tak mau berbagi cerita denganku. Aku paham. Elusan di punggung tambunnya kulakukan pertanda aku memaklumi keputusannya untuk tak bercerita.

"Tidak mengapa bila dirimu tak mau berbagi dengan orang lain, Nak....(jeda) Berbagilah dengan Allah. Percayakan masalahmu padaNya."

Hanya anggukan sebagai tanda setuju yang kulihat. Dan, selebihnya dia termenung. Aku meraih tangan yang sedari tadi menopang dagunya dan mengelusnya dengan lembut.

"Sudahlah, Nak... berhentilah bersedih...."

Sejenak kemudian terdengar hembusan nafas yang cukup berat darinya. Tatapan lurusnya beralih menatap lantai yang dipijak.

"Aku tak sedang bersedih. Aku hanya sedang bingung..... bingung akan definisi sayang atau cinta ayah kepada mama dan kami (anak-anaknya)."

Astagfirullah.... anak lelaki ini ternyata sedang mencari kebenaran akan apa yang dia rasakan saat ini - keraguan akan kasih ayahnya kepada keluarga. Aku hanya bisa memeluknya, mencoba merasakan kebingungannya.

"Oh Tuhan, jangan Kau timpakan kesedihan pada anak yang tak berdosa ini dikarenakan kesalahan orangtuanya." Doa kuucapkan dengan khusu' dan mata terpejam sembari tetap memeluknya. Aku tak dapat berbuat apa-apa untuk menolong anak tersebut dari kebingungan kecuali dengan doa. Toh, kuyakin Allah tak pernah tidur dan tak akan pernah salah dalam menuliskan takdir hambaNya. Dan aku pun yakin semua masalah yang ada di hadapannya akan menjadikannya dewasa serta bijak.

No comments:

Post a Comment