Friday, August 29, 2014

Ketabahan Seorang Wanita

Ketabahan wanita itu benar-benar teruji. Begitu banyak kepedihan yang dia alami dikarenakan kebohongan dan penghianatan yang menyatu menjadi suatu kemunafikan seorang laki-laki yang puluhan tahun dia amini menjadi imamnya. Tangis tak berlarut-larut menemani hari-harinya. Penyesalan dan dendam tak pernah ada dalam kamus pikirannya. Dia terlalu percaya akan takdir yang telah digariskan oleh Sang Sutradara. Kini, setelah 'sang imam' memutuskan melepas tanggungjawabnya, wanita ini pun tak sempat lemah. Ketegaran itu lahir dikarenakan kecintaannya pada Ilahi yang telah menitipkan harta terbesar padanya - tiga anak laki-laki. Hari demi hari sosok wanita ini terlihat seperti terlahir kembali menjadi 'wanita super'. Semua tanggungjawab dia 'handle' sendirian tanpa perlu menanggapi 'tatapan iba'.
Kekuatan seorang wanita memang tak dapat dipungkiri. Allah menciptakan wanita sebagai 'sesuatu yang spesial'. Maka, untuk para lelaki, hormati dan perlakukanlah wanitamu (ibu, istri, saudara dan anak perempuan) sesuai aturan Ilahi. Toh, wanita adalah bagian dari kaum lelaki yang diciptakan Ilahi bukan hanya sebagai pelengkap tetapi sebagai penyempurna.

Thursday, August 28, 2014

Kasih Seorang Ayah

"Badanmu hangat, Nak."

Ayah menatapku penuh kasih saat aku tiba-tiba bergelayut manja sembari merebahkan kepalaku di pundaknya.

"Iya, Ayah.... aku demam."

"Minum obat, Nak! Kamu istitahat ya....Ayah sudah kuat jalan kok..."

Aku hanya mengangguk dan melepas pelukan di leher ayah, punggung ayah pun kuusap beberapa saat sebelum aku meninggalkannya untuk istirahat di kamar.

Pagi ini, aku tak dapat menemani ayah dengan obrolan hangat antara anak dan ayah. Namun, aku tak begitu khawatir meninggalkannya seorang diri di kamar karena kuamati ayah sudah mulai kuat berdiri dan berjalan. Teh hangat dan beberapa keping kue kacang rock buatan toko kue adikku menemani pagi
yang lumayan dingin.

Bahagia melihat senyum ayah di pagi ini untukku.... demam janganlah berlama-lama bersarang di tubuhku karena kuingin menikmati hari-hari bahagia bersama senyuman ayah yang penuh akan limpahan kasih.

Tuesday, August 26, 2014

Love U Ayah

"Kapan kita pulang, Nak?....Saya sudah bosan."

Pertanyaan itu berulangkali dilontarkan ayah kepada kami-aku, kakak perempuan dan ibuku. Pancaran matanya tampak sendu dan seolah menerawang ke suatu tempat.

"Ayah mau pulang kemana? tanyaku dengan perlahan sembari membelai punggung sosok tua yang sangat berarti bagi keluargaku. "Ini rumah ayah," lanjutku.

"Ke...ke.. Surabaya..."

Aku mendengar cerita ayah dengan sabar. Beberapa ceritanya tak lagi sesuai dengan kenyataan. Ingatan ayah dari hari ke hari semakin menurun. Dia kerap tak ingat rumah yang ditempatinya adalah tempat tinggalnya bersama keluarga dalam puluhan tahun.

Ayah bukan lagi sosok lelaki tegas yang membuat kami selalu patuh dan hormat padanya. Ayah kini menjadi sosok anak lelaki yang harus dihadapi dengan sabar dan penuh perhatian. Bak anak lelaki yang baru belajar berjalan, makan dan bercerita dengan berbagai imajinasi yang dimilikinya. Namun, apapun itu ayah tetaplah pemimpin keluarga yang telah banyak mengajarkan pada kami prinsip yang baik sebagai pedoman hidup. Perubahan fisik karena usia dan penyakit tak akan mampu memudarkan cinta kami padanya..... We always love u ayah...