Sendiri
di kamar kost yang berukuran sempit di malam yang sunyi, membuatku
kerap jenuh dan merindukan rumah - tempat keluargaku berkumpul berbagi
kasih. Tak terkecuali malam ini, rasa itu menderaku. Kucoba mengatasinya
dengan mengaktifkan radio telepon genggamku. Lagu lawas yang tersaji
kunikmati sembari menatap langit-langit kamar.
Berbagai peristiwa berkelebat nyata di mataku.
Namun, tiba-tiba otakku memerintahkan untuk fokus pada suatu kejadian
di suatu malam yang sangat membuatku kagum bahkan terkagum-kagum.
Alkisah, malam itu aku dan teman-teman sedang melayat di rumah keluarga
pejabat institusi tempatku bekerja. Saat menunggu kedatangan sang
pejabat dan keluarga yang dalam perjalanan Mataram-Jogja , aku melihat
hal yang sungguh menyentuh. Sepasang suami istri yang berusia senja
berjalan beriringan. Sang istri bersikap siaga di samping suaminya yang
terserang stroke dengan mengamati langkah demi langkah yang sungguh
lambat. Sesekali dia membantu suaminya mengangkat tongkat berkaki tiga -
alat bantu berjalan.
Pandangan tak beralih hingga kulihat sang
istri membungkukkan badannya membukakan sepatu suaminya. Aku sungguh
kagum pada perempuan tua itu. Dia begitu sangat memerhatikan suaminya.
Elusan di punggung dan kaki pasangannya pun dia lakukan saat beristirat
di ruang tamu. Pikirku, itu dilakukannya untuk menghibur dan menguatkan
sekaligus sebagai tanda kasih pada pasangan hidupnya.
"Hei....kok bengong?" tanya temanku sembari menepuk pundakku.
"Ah...tidak apa-apa. Bisakah saya bersikap seperti ibu tua itu? (Jeda) Dia begitu tulus dan sangat berbakti pada suaminya."
"Tentu bisa dan saya yakin kamu akan mampu melakukannya kelak."
Aku terdiam. Kucoba tidak membayangkan apa yang akan terjadi kelak pada
nasibku dan pasangan. Toh, kuyakin semua akan berjalan baik bila kami
selalu berada di 'rel'- Nya dan meyakini pasangan yang diberikan Ilahi
adalah yang terbaik dan terindah dalam menjalani kehidupan.
(Jogja, 12-12-2013)
No comments:
Post a Comment