Sunday, December 15, 2013

Saat Hati Berbicara

"Mencoba menata hati dan perasaan dengan mempertimbangkan semua kepentingan secara bijak." Hanya kalimat itu yang kusimpulkan setelah bermunajat pada Ilahi atas semua masalah yang terjadi akibat keputusanku meninggalkan keluarga untuk 'menyendiri' - fokus pada tugas akhir studi.

Prasangka kurang baik yang dilontarkan anak sulungku semalam, kucoba jadikan sebagai penyemangat. Aku yakin suatu saat nanti dia akan paham betapa besar rasa cintaku padanya. Tidak seperti yang dia ucapkan melalui telepon.

"Mama lebih mementingkan urusan sekolah dan pekerjaan dibanding kakak, adik dan ayah. Mama tidak pernah mengerti perasaan kami."

Air mataku mengalir deras saat mendengar ucapannya. Aku tak pernah menyangka keputusanku meninggalkannya untuk sementara sangat melukainya. Kerinduan yang memuncak padaku meluapkan emosi yang tak tertahankan. Aku diam tak membantah tuduhannya. Kevakuman yang terjadi beberapa menit membuatnya gelisah. Putraku memanggilku berulangkali seakan takut hape kumatikan.

" Mama, maaf kalau kakak sudah membuat Mama sedih. Kakak hanya ingin jujur seperti yang Mama ajarkan."

" Iya, Nak. Tidurlah sekarang dan doakan mama ya, Sayang."

"Kakak belum bisa tidur. Mama cerita dulu ya....."

Nada bicara putraku telah stabil dan itu sangat melegakan perasaanku. Dan, kesempatan itu tak kusia-siakan demi meraih kasih tulusnya kembali melalui kisah nyata perjuangan seorang ibu dalam membesarkan anak-anaknya seorang diri.

Anak sulungku begitu antusias mendengarkan ceritaku. Dan, tak kusangka dia bisa menangkap pesan dari kisah itu.

" Ma, di dunia ini semua ibu sayang anaknya. Kalau ada ibu yang tidak sayang anaknya berarti ibu itu sakit jiwa alias gila. Dan, kakak yakin Mama tidak gila."

Duh....aku tak kuasa menahan tangisku. Anakku sungguh cerdas. Walau belum memahami semua kejadian, kuyakin di bawah alam sadarnya dia percaya akan kasihku yang tanpa batas padanya. Dan, aku pun yakin rasa percaya itu juga yang akan mematangkan emosinya dalam bersikap dan bertindak secara bijak seiring waktu. Toh, hidup adalah suatu proses.

(Jogja, 15-12-2013)


No comments:

Post a Comment