Senja
mulai menyapa. Kutatap langit beberapa saat mencari jawab gelisahku.
Percuma. Kaki pun kulangkahkan menuruni tangga rumah kostku. Gontai,
seolah tak bertenaga. Kaki terus melangkah menyusuri jalan raya yang
sangat padat. Pandanganku kosong. Aku bingung di saat rinduku memuncak.
Suara sahabatku terngiang kembali.
"Pulanglah!"
"Tidak, saat inilah waktu yang tepat untuk suatu target."
"Sejak kapan kamu percaya dengan target?" tanya sahabatku dengan nada
yang kubenci. Seolah tak ingin berhenti menyerangku, dia pun melanjutkan
tanya,"Apakah ada 'garansi' dari ketidakpulanganmu kali ini?"
Pertanyaan-pertanyaan itu membuatku emosi dan meradang. Mungkin menurut
orang lain itu adalah suatu kalimat tanya biasa. Tetapi, tidak bagiku.
Kalimat tersebut meragukan kemampuanku mengendalikan rasa rindu yang
memuncak pada keluarga kecilku.
"Apa pun katamu, aku tetap di sini dengan rencanaku. Rasa rindu bukanlah halangan, tetapi pemicu semangatku."
Wajah ragu sahabatku terlihat jelas mengikuti langkah gontaiku. Wajah
yang menginginkan 'garansi' - target tercapai tanpa ada yang terluka.
Langit pun kutatap garang memaksa jawaban. Sia-sia. Aku pun berhenti
melangkah seolah ingin mengusir jauh rasa bingung dan gelisah. Istigfar
kulafazkan, mohon ampunan dan rahmatNya. Toh, pasang surut semangat dan
tekad adalah sesuatu yang pasti. Dan, tidaklah ada kemampuanku untuk
mengendalikan kepastian kecuali atas kuasaNya. Subhanallah. Keyakinan
ini pun memantapkan langkahku untuk tidak pulang hingga batas waktu yang
ditentukanNya.
(Jogja, 17-12-2013)
No comments:
Post a Comment