Tuesday, February 17, 2015

Bercak

Manusia pada saat lahir adalah suci, itu yang kupercaya hingga kini. Dalam perjalanan hidup, manusia 'berproses'. Nah, dalam 'proses inilah ada bercak-bercak yang menodai hingga tak lagi bisa dikatakan suci. Namun, aku pun percaya, manusia dibekali hati nurani oleh Sang Penguasa. Sehingga, bila bercak ingin atau telah 'melekat' padanya, maka hati nurani pun kan beraksi. Adapun awal aksi dari hati nurani adalah sangat jelas yaitu menolak bercak. Tetapi bila manusia tak lagi mendengarkan suara hati dikarenakan menerima bercak dengan suka hati, maka........... waspadalah!!!!!! Bukan saja hati nurani yang tertutup bercak, tapi 'cahaya' pun enggan singgah menyinari wajah manusia jelita nan rupawan.

Congkak, serakah, iri hati, dengki adalah beberapa sifat bawaan manusia yang merupakan faktor pemicu 'tumbuh kembang' bercak. Saat ini, aku adalah manusia penuh bercak. Bercak yang tumbuh dan berkembang dikarenakan ketidakmampuanku mengendalikan hawa nafsu untuk memenuhi 'ambisi (-)'. Ambisi (-) yang terkadang membuatku tuli hingga tak mampu mendengar suara indah hati nurani. Ambisi (-) yang kerap membutakan mata batinku hingga tak mampu membedakan warna hitam dan putih.

Ingin kurasakan lagi menjadi bayi suci tanpa bercak. Bayi yang tak memiliki ambisi (-). Tapi apalah daya, waktu terus berjalan maju dan tak akan pernah mundur. Manusia benar adanya selalu berproses. Dan, kali ini kuberharap dengan sisa waktuku yang tak lama lagi dapat berjumpa dengan banyak manusia yang mampu menumbuhkan ambisi (+) yang mungkin masih banyak kumiliki. Ambisi (+) yang kuharap paling tidak dapat memudarkan warna bercak dan mengeluarkan sedikit cahaya. Setidaknya, dengan bercak yang memudar dan sedikit cahaya, aku menjadi manusia yang berproses ke arah yang lebih baik. Toh, selamanya aku tak akan pernah menjadi manusia suci kecuali atas ridha Sang Pencipta manusia - Allah Ya Rabb.

#harapanmanusiapendosa#

(Jogja, 17 Februari 2015)

No comments:

Post a Comment