Thursday, February 5, 2015

Bersyukur dan meminta ampun

Berhari-hari terbaring di kasur yang jauh dari kata empuk dengan ditemani 'lappy' merah butut, lumayan membosankan. Ingin rasanya beraktivitas seperti biasa untuk segera menyelesaikan tugas yang sedang kuemban. Namun, apalah kuasaku... badan terasa lemah dikarenakan sakit yang didiagnosis dokter akibat stress. Stress kah diriku? Entahlah....aku tak mampu menilai diriku sendiri.

Bercerita soal sakit, sehat, lemah, dan kuat, tiba-tiba kuteringat pada lelaki tua yang beberapa bulan lalu kujumpa di bus. Siang itu, di suatu halte pemberhentian bus 'Trans Jogja', lelaki tua yang kuperkirakan berumur di atas 80 tahunan melompat ke bus dengan sigap ...sangat cekatan (malah menolak bantuan petugas). Sosok tua itu jauh dari kata renta dan lemah. Dengan gerak cepat kupersilakan beliau duduk tepat di sampingku. Dia tersenyum sangat ramah. Sejenak dua jenak kami duduk berdampingan saling membisu. Saat aku ingin mengamati wajah tuanya, saat itu pula dia menegurku dengan ramah.

"Anak, tujuannya mau kemana?"

"Ke pasar Pak, ingin membelikan ibu baju batik."

Setelah percakapan pembukaan, aku mulai mengorek rahasia kesehatan sosok tua yang ternyata berusia 93 tahun. Wajah memang tak akan menipu bila dia sudah masuk kategori tua. Tetapi 'tampilan prima'nya membuatku terkagum-kagum. Bagaimana tidak, ayahku dengan usia 10 tahun lebih muda darinya tak seprima itu.

"Bapak dulu seorang pejuang, Nak. Bapak dari dulu hingga kini selalu menerima dengan ikhlas kehendakNya..... (hela nafas) ....Sakit, sehat, lemah, kuat adalah dari Sang Penguasa."

Aku manggut-manggut tanda paham.

"Rahasia kesehatan Bapak ada dua, Nak. Bersyukur dan meminta ampun padaNya."
(Menatap wajahku dengan cermat....terlihat wajah lebih tua dari usia hahahaha)

"Setiap saat panjatkan kata hamdallah dan istigfar. Apapun yang sedang anak alami, Insya Allah semua akan terasa sempurna."

Sosok tua itu menutup pembicaraan dengan senyum yang sangat tulus, kemudian pamit padaku untuk turun di halte berganti bus menuju kediamannya. Kuamati punggungnya yang kokoh. Tanpa sadar kulapazkan kedua kata yang dia sarankan dalam hati (tanpa sadar air mata pun menitik).

"Astagfirullah, alhamdulillah Ya Rabb, Engkau telah beri aku kesempatan bertemu dengan lelaki tua itu. Melalui dirinya Engkau ingatkan aku akan begitu banyak nikmatMu yang kuingkari....Melalui dirinya Engkau ingatkan aku untuk selalu bersyukur padaMU."

Sekonyong-konyong lamunanku buyar dengan bunyi ketukan di pintu kamar kostku.

Tok ..tok...tok...tok.....

"Mbak... buka pintunya.... Ibu bawa makanan dan teh hangat untukmu."

Masya Allah, benar kata lelaki tua itu hidup akan terasa sempurna dengan selalu bersyukur dan meminta ampun padaNya. Buktinya...dengan terbaring lemah di tempat tidur, rezekiNya menghampiriku melalui tangan ibu kost. Alhamdulillah.

Sakit, sehat, kuat dan lemah memang benar datang dariNya. Jadi sangatlah tak patut bila kita sesumbar atau mengeluh berlebihan. Toh, raga dan jiwa ini milikNya, dan hanya dengan ikhtiar dan keikhlasan menerima semua karuniaNya hidup kan terasa indah sempurna. Insya Allah.


#‎menasehatidirisendiri‬#

(Jogja, 5 Februari 2015)

No comments:

Post a Comment